Nezar Patria: AI Harus Jadi Mitra dalam Komunikasi Publik

Wamenkomdigi Nezar Patria menyampaikan keynote speech dalam AI Masterclass: Shape the Future of Your Communication Strategy with AI di Menara Kompas, Jakarta Pusat, Selasa (21/10/2025). Foto: Ardi W/Komdigi
Teknologi kecerdasan artifisial atau Artificial Intelligence (AI) kini mulai banyak digunakan dalam pekerjaan kehumasan dan komunikasi publik.
AI telah mampu membuat narasi yang sempurna dari sisi susunan kalimat dan tata bahasa sehingga memudahkan pekerjaan di bidang kehumasan.
Namun Wakil Menteri Komunikasi dan Digital Nezar Patria mengingatkan, teknologi ini seharusnya menjadi mitra, bukan pengganti peran manusia.
“Kesuksesan praktisi public relation di masa depan akan ditentukan oleh seberapa mahir kita menggunakan AI sebagai penguat strategis, dan seberapa teguh kita memegang standar etika dan kemanusiaan,” tegasnya dalam AI Masterclass: Shape the Future of Your Communication Strategy with AI di Menara Kompas, Jakarta Pusat, Selasa (21/10/2025).
Menurut Nezar, AI memang membantu mempercepat pekerjaan, mulai dari menulis draft siaran pers, menganalisis data publik, hingga memantau sentimen media.
Bahkan, banyak perusahaan PR dan media kini menggunakan AI untuk menulis laporan media hingga perencanaan kampanye komunikasi.
Namun hasil akhirnya tetap perlu sentuhan manusia agar narasi komunikasi publik tetap berempati dan kontekstual.
“Hasil karya AI sering kali kehilangan sentuhan emosional yang hanya dapat dihadirkan oleh manusia. Padahal PR bekerja dengan targeted, kepada siapa mau disampaikan. Dan to tell the story ini, semua kemampuan manusiawi yang kita punya itu bisa kita tumpahkan,” jelasnya.
Nezar juga menyoroti potensi kesalahan dalam penggunaan AI.
Menurutnya, model AI terkadang mengulang kata, memakai istilah yang janggal, bahkan bisa berhalusinasi atau menciptakan fakta yang tidak benar.
“Jadi penting kehati-hatian dalam menggunakan teknologi tersebut di bidang komunikasi,” tegasnya.
Oleh karena itu, ia menekankan arti penting etika, literasi digital, dan kemampuan berpikir kritis bagi para praktisi komunikasi pemerintah.
AI perlu digunakan secara bijak untuk memperkuat pesan publik, bukan menggantikan kreativitas manusia.
“Masa depan komunikasi bukan hanya tentang teknologi, tapi bagaimana kita sebagai manusia mengendalikannya. Semoga kita bisa memajukan dunia PR kita dengan AI dan juga lebih manusiawi ke depan,” tandasnya.
Nezar menutup pesannya dengan menekankan kembali peran manusia tetap menjadi faktor kunci untuk menjaga kualitas dan nilai kemanusiaan dalam setiap proses komunikasi.


